Pernah beli suatu saham, lalu dalam waktu beberapa jam atau hari saham itu naik tinggi? Sebagai pemegang saham, pasti kita sangat bahagia saat hal itu terjadi. Bahkan bila hal itu terjadi beberapa kali, kita mulai mengakui diri sebagai investor yang hebat karena berhasil menemukan saham yang bisa naik dengan cepat. Sayangnya, kenaikan tersebut hanyalah keberuntungan belaka.
Artikel ini saya tulis berdasarkan sudut pandang seorang investor, bukan trader ataupun scalper.
Pada dasarnya, analisa dan keputusan seorang investor dalam membeli atau menjual saham didasari oleh kinerja perusahaan dibaliknya. Bila perusahaan itu baik, maka kita percaya bahwa harga sahamnya akan mengikuti nilai intrinsik dari perusahaan tersebut. Sebaliknya, bila perusahaannya tersebut kinerjanya menurun setiap tahun, maka harga sahamnya juga akan turun.
Bila memiliki saham sama dengan memiliki perusahaan, maka sudut pandang yang dipakai oleh investor harus sama dengan pemiliki dari perusahaan itu. Untungnya saya punya privilege sebagai direksi perusahaan, jadi sedikit banyak saya bisa memakai cara pandang seorang pemilik. Satu hal yang sangat membedakan investor saham dengan pemilik perusahaan adalah time frame.
Pemilik perusahaan akan mengevaluasi perusahaannya dalam satuan bulan atau bahkan tahun. Ketika saya mengeluarkan suatu program promosi kepada kustomer, saya akan menjalankan promosi itu dengan durasi minimal 1 bulan, setelah selesai baru saya evaluasi bersama tim di meeting bulanan. Evaluasi pun tidak dilakukan 1-2x, mungkin bisa butuh 6-12 bulan untuk benar-benar mendapatkan hasil yang akurat. Tentu saja keputusan untuk melanjutkan atau memberhentikan suatu program promosi hanya berdasarkan 1-2x evaluasi adalah keputusan yang ceroboh.
Walaupun saya memiliki data penjualan dan pengeluaran setiap hari, saya tidak sedih bila penjualan hari itu turun 50% dibanding kemarin, atau langsung bersorak-sorai saat penjualan naik 100%. Angka yang berarti bagi saya hanyalah angka dalam hitungan bulan, bahkan tahun. Kenaikan penjualan 10% Year on Year jauh lebih menggembirakan dibanding kenaikan penjualan 1000% Day on Day.
Hal ini sangatlah berbeda dengan investor pasar modal. Kita dibiasakan untuk melihat pergerakan harga jual dari perusahaan setiap detik, selama 5 hari dalam seminggu. Berita dari media yang selalu muncul setiap menit juga mempersempit waktu evaluasi kita. Belum sempat menganalisa berita positifnya, tiba-tiba sudah keluar berita negatif lainnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa time frame investor dan pemilik perusahaan asli itu sangat jauh berbeda.
Perbedaan time frame inilah yang menyebabkan juga naik-turunnya harga saham di pasar modal. Bahkan, pergerakan harga dalam jangka pendek sering tidak masuk akal. Apakah logis bila saham Bank BRI yang nilainya ada di 3,180 pada pukul 09:00, turun jadi 3,050 pada pukul 14:00. Penurunan 120 poin itu sama dengan turunnya nilai bank BRI sebesar 14.8 Trilyun rupiah. Menurut anda, apakah Bank BRI kehilangan 14.8 Trilyun rupiah dalam 5 jam? Bila anda bertanya pada direksi dan semua staff Bank BRI, apakah menurut mereka nilai perusahaan tempat mereka bekerja menurun 1 milyar USD selama 5 jam terakhir?
Keberuntungan
Luck (noun): Success or failure apparently brought by chance rather than through one’s own actions.
Lalu apa hubungannya time frame dengan keberuntungan di pasar saham? Saya akan mengulang sekali lagi, sebagai investor, kita harus menganalisa saham berdasarkan perusahaan di baliknya. Mindset yang digunakan juga harus sama seperti kita memiliki perusahaan tersebut. Bila pemilik perusahaan mengevaluasi kinerjanya paling cepat 3 bulan sekali, maka kita juga harusnya melakukan demikian. Tidak ada pemilik perusahaan yang merasa nilai perusahaannya naik-turun beberapa persen dalam waktu detik, menit, ataupun jam. Kitapun juga harus merasakan hal yang sama.
Apabila demikian, maka analisa dan keputusan jual-beli saham harus berdasarkan pengamatan jangka panjang, 3 bulan, 1 tahun, 10 tahun, dst. Pengamatan inilah yang cocok digunakan untuk menganalisa saham. Dalam memvaluasi nilai perusahaan, kita juga mencoba menebak prospek ke depan perusahaan ini. Prospek yang diamati juga bukanlah dalam time frame bulan depan, tapi mengacu pada beberapa tahun di masa yang akan datang. Keyakinan akan prospek yang lebih baik dari sekarang adalah salah satu landasan dalam investasi kita di saham tersebut.
Bila kita menganalisa saham beberapa tahun ke belakang dan berusaha menilai prospeknya bertahun-tahun ke depan, maka kita pasti akan mengabaikan pergerakan perusahaan itu sehari-hari. Maka, kenaikan atau penurunan nilai perusahaan dalam jangka pendek, yang tidak pernah kita analisa itu, pasti tidak akan pernah kita sangka juga. Sesuai dengan definisi keberuntungan, kenaikan atau penurunan itu berasal dari kebetulan dan bukan hasil analisa kita.
Maka dari itu saya katakan bahwa naiknya harga saham yang kita beli dalam jangka pendek hanyalah kebetulan semata, bukan bukti bahwa kita analis yang hebat. Pembuktian itu akan terwujud di beberapa tahun ke depan, ketika memang performa finansial perusahaan itu sesuai dengan analisa kita.
Catatan
Saya sering kali melihat investor yang membeli saham karena direkomendasikan oleh pihak tertentu sangat bergembira ketika sahamnya langsung naik dalam hitungan hari. Mereka biasanya akan langsung posting di IG atau Telegram tentang saham itu dan menyebutkan bahwa pemberi rekomendasi itu adalah orang yang hebat.
Saya tidak mempermasalahkan pihak tertentu yang merekomendasikan suatu saham, saya juga beberapa kali merekomendasikan saham ke kerabat. Namun, sebagai pendengar atau pembaca, kita perlu menganalisa time frame dari si pemberi rekomendasi ini. Apakah dia memiliki outlook jam? hari? bulan? tahun? Jangan sampai kita berpikir rekomendasinya jelek hanya karena harga sahamnya turun esok hari, padahal mereka merekomendasikan untuk dipegang jangka panjang. Sebaliknya, kenaikan harga saham dalam jangka pendek tidak serta-merta membuktikan bahwa dia adalah analis yang hebat. Siapa tau dia hanya lagi beruntung.
Tambahan terakhir, perhatikan juga apakah kenaikan atau penurunan itu terjadi diluar alasan yang dijadikan basis rekomendasi. Misalnya saham MBAP direkomendasikan karena harga batubara akan meningkat, dan memang MBAP naik tinggi pada 13 dan 14 Agustus 2020, namun itu murni karena adanya pembagian dividen dengan nilai sangat besar, bukan karena pergerakan komoditas batubara. Jadi walaupun saham yang direkomendasikan naik, alasan yang digunakan sama sekali salah. Sekali lagi, itu hanyalah keberuntungan.