Saya pernah mendengar perkataan pendiri Jouska Financial, Aakar Abyasa Fidzuno di podcast Thirty Days of Lunch mengenai investasi. Bagi yang belum tahu, Jouska adalah salah satu financial advisor yang cukup ternama di Indonesia. Nah, di podcast tersebut beliau mengatakan bahwa sebenarnya investasi itu hanya ada 2 bentuk: investasi ekuitas atau investasi hutang.
Saya awal mendengar itu juga agak bingung apakah benar investasi memang hanya ada 2? Dari sekian banyak macam model investasi, mulai yang umum seperti saham, reksadana sampai yang aneh-aneh kayak p2p lending, cryptocurrency, unitlink, luxury goods apakah benar memang hanya dua?
Setelah membaca beberapa referensi dari para investor terkenal dan juga berkaca pada kehidupan sehari-hari saya barulah saya cukup paham tentang apa yang dimaksud dengan investasi. Well, what is it?
Investasi adalah pembelian suatu aset yang memberikan hasil kepada pemiliknya
Paskalis Investment
Kata kuncinya adalah memberikan hasil. Bila aset tersebut tidak memberikan hasil kepada pemiliknya, menurut saya aset tersebut bukanlah suatu investasi.
Analogi investasi yang paling sederhana adalah saat kita membeli mesin pencetak uang. Bila kita membeli mesin tersebut seharga 100 juta dan tiap bulan mesin itu dapat mencetak 5 juta, maka bisa dikatakan aset itu memberikan hasil dalam bentuk uang sebesar 5% per bulan dari harga belinya. Maka itulah investasi.
Contoh lainnya bila kita membeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dengan kupon 6.3% senilai 100 juta rupiah maka setiap bulan kita akan mendapatkan uang sebesar Rp 525.000 sebelum dipotong pajak. pembelian ORI bisa disebut investasi karena memberikan hasil (Rp 525.000 dipotong pajak).
Nah, seperti yang dikatakan oleh mas Aakar tadi, investasi hanya ada dua yaitu ekuitas dan hutang. Bila mengacu pada definisi investasi Paskalis Investment maka memang benar hanya ada dua bentuk itu saja. Investasi ekuitas artinya kita membeli aset yang bentuknya adalah kepemilikan, sebagian atau utuh, dan hasil yang didapatkan adalah income yang diperoleh dari aset tersebut.
Contohnya saat kita membeli saham ADMF dan setiap tahun mendapatkan dividen kurang lebih 50% dari net profit PT Adira Dinamika Multifinance. Maka kepemilikan kita di perusahaan tersebut memenuhi unsur investasi.
Sedangkan investasi hutang adalah saat kita memberikan hutang ke suatu pihak dan hasil yang didapatkan adalah bunga yang dibayarkan. Contoh yang paling sering kita lakukan adalah saat menabung di bank. Pada saat kita setor uang dalam bentuk tabungan atau deposito, maka kita memberikan hutang ke bank tersebut (sebaliknya bank juga berhutang ke kita). Untuk memenuhi unsur investasi, tentu saja kita perlu mendapatkan hasil. Setiap bulan kita dapat bunga tabungan/deposito kan? Nah, pendapatan bunga itu artinya kita mendapatkan hasil dari aset hutang yang diberikan ke bank. Maka tabungan/deposito memenuhi unsur investasi pula.
Lalu bagaimana dengan p2p lending? equity crowdfunding? Tahapan? Unitlink? sebenarnya berbagai macam nama tersebut hanyalah inovasi-inovasi yang dilakukan, namun pada dasarnya tetap sama. Untuk simpelnya, aset yang termasuk investasi ekuitas dan investasi hutang akan saya bedakan di tabel ini.
Investasi Ekuitas | Investasi Hutang |
Saham | Obligasi |
Reksadana Saham | Reksadana Pasar Uang |
Reksadana Campuran | Reksadana Pendapatan Tetap |
Equity Crowdfunding | Reksadana Campuran |
Property Crowfunding | P2P Lending |
Wiraswasta (bisnis) | Tabungan Bank |
Persewaan Property | Deposito Bank |
Unitlink (RDS, RDC) | Unitlink (RDPU, RDPT, RDC) |
Investasi tidak berwujud
Uraian investasi diatas memakai dasar aset real yang kebanyakan berbentuk kas atau benda. Bagaimana dengan investasi yang tidak berwujud? Bila kita ditawari ikut seminar dan disuruh membayar biaya pendaftaran alias “biaya investasi” sekian juta, apakah benar itu investasi?
Kalau kita kembali ke definisi investasi yang berulang kali saya sampaikan, asal ada unsur memberikan hasil maka hal itu bisa dikatakan investasi. Contohnya: anda ingin menjadi penyanyi namun belum tahu teknik menyanyi yang benar, maka anda ikut kursus vokal. Setelah belajar teori, praktek dan juga latihan, lama-kelamaan anda akan menjadi jago beryanyi dan bisa menjadi penyanyi profesional yang menerima honor tiap performance. Nah, karena kursus itu memberikan hasil (honor performance) maka bisa disebut investasi.
Hanya saja ada unsur subjektifitas yang tinggi di investasi tidak berwujud. Ada 3 wanita, sebut saja A, B dan C, yang bersama-sama mengambil kursus make-up. Setelah kursus tersebut, mereka memiliki tingkat keahlian berdandan yang sama pula. Wanita A yang berprofesi sebagai SPG dapat meningkatkan omzetnya karena banyak orang yang tertarik berbicara dengannya karena hasil make-upnya. Wanita B membuka jasa make-up artist dan mendapat honor dari jasanya.
Namun, wanita C yang bekerja sebagai akuntan tidak mendapatkan tambahan gaji atau klien apapun, dia hanya memakai make-up untuk berkumpul dengan teman-temannya. Dari ketiga contoh ini A dan B bisa dikatakan berinvestasi di kursus itu, sedangkan biaya kursus yang dibayarkan C bukanlah investasi.
Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa dengan kepandaiannya berdandan dia merasa lebih percaya diri sehingga meningkatan performa kerjanya atau bisa memberikan kebahagiaan lebih di hidupnya. Inilah yang saya sebut sebagai unsur subjektifitas yang tinggi. Apabila anda memang merasa aset kursus itu memberikan hasil, whatever it is, ya sah-sah saja bila aset itu dianggap investasi.
bukan investasi
Aset yang tidak termasuk investasi adalah aset yang tidak memberikan hasil bagi pemiliknya. Aset yang dibeli tanpa harapan untuk menerima hasil dibedakan menjadi dua: Konsumsi dan Spekulasi. Pada umumnya pembelian makanan, sandang, travelling, dan entertainment adalah konsumsi. Tentu saja saat membeli tiket bioskop, kita tidak berharap akan mendapatkan uang saat sedang menonton filmnya, begitu juga baju yang kita beli tidak akan memberikan hasil apapun.
Namun ada beberapa aset yang dibeli dengan harapan di masa depan akan ada orang lain yang membelinya dengan harga lebih tinggi. Pembelian aset ini saya sebut sebagai spekulasi. Pada saat seseorang membeli ruko seharga 10 Milyar dengan niat untuk menjualnya lagi, berarti dia sedang berspekulasi bahwa ada antrian pembeli di harga 11 Milyar. Bila saat membeli ruko itu, agen real estate bilang bahwa tahun depan harga ruko kemungkinan turun jadi 9 Milyar, tentu saja sebagus apapun rukonya, sang spekulator tidak akan membeli ruko tersebut.
Berbeda bila investor membeli ruko tersebut dengan rencana akan menyewakannya dengan harga sewa 1 Milyar per tahun. Penurunan harga menjadi 9 Milyar di tahun depan tidak merubah hasil 1 Milyar per tahun yang diberikan ruko tersebut. Bahkan mungkin investor itu membeli lagi satu unit agar pendapatan sewanya menjadi 2 Milyar per tahun.
Menurut saya Luxury Goods (Tas Birkin, Rolex Watch, Mobil Bugatti), Artworks (Lukisan, Patung, Toys) adalah aset spekulasi. Aset itu tidak memberikan kas apapun kepada pembelinya kecuali bila dijual di harga yang lebih tinggi. Tidak ada yang tahu apakah 10 tahun ke depan Bugatti Chiron di atas $3m. Namun saya bisa menghitung bila mobil Avanza yang saya sewakan akan menghasilkan kas tiap tahunnya, regardless harga jual kembalinya.
Ini investasi atau bukan?
Aset yang biasanya disebut konsumtif bisa menjadi investasi bila digunakan dengan baik. Youtuber Vegas Dave sengaja membeli Hermes Himalayan Birkin seharga $500,000 untuk dipamerkan di channel Youtubenya dan untuk memberikan akses ke Exclusive Club. Regardless, nilai pendapatan yang didapatnya, Pembelian tas itu adalah investasi karena secara periodik memberikan penghasilan melalui AdSense Youtube dan lainnya.
Aset ekuitas atau hutang yang sering dianggap investasi juga bisa menjadi spekulasi bila pembeliannya tidak didasari pemikiran dan analisa untuk mendapatkan arus kas. Pembelian obligasi dan saham dengan harapan bisa dijual lebih mahal di masa depan adalah bentuk spekulasi yang sering dilakukan trader atau spekulator saham/obligasi.
Kerangka berpikir untuk menentukan unsur investasi dari pembelian aset bisa disederhakan menjadi 2 pertanyaan.
- Apakah pembelian aset didasari analisa dan tujuan untuk mendapatkan hasil?
- Apakah untuk mendapatkan hasil tidak perlu ada penjualan sebagian atau keseluruhan aset?
Bila anda menjawab YA pada keduanya, maka aset itu adalah investasi.
Mirip seperti kata Robert T Kiyosaki ya pak di buku Rich Dad Poor Dad
apabila sesuatu yang kita beli mengalirkan cashflow berarti itu investasi
Saya belum pernah baca bukunya Robert Kiyosaki sih, tapi rasanya mindsetnya kurang lebih sama