Setiap investor pasti punya setidaknya satu prinsip dalam berinvestasi. Ada yang pokoknya return terbesar, ada yang pokoknya aman dan ada yang pokoknya lagi hype langsung hajarrr. Investor saham juga pasti memiliki prinsip yang berbeda-beda. Prinsip Warren Buffet yang paling terkenal adalah “Never Lose Money” yang berarti tidak penting returnnya berapa, yang penting jangan pernah rugi. Karena untuk menutupi kerugian kecil itu butuh keuntungan yang besar.
Contoh nih, bila ada investasi di saham BUMI di harga Rp 60 dan besoknya turun ke harga Rp 55. Berarti anda rugi 5% kan, nah untuk setidaknya mengembalikan ke Rp 60 supaya balik modal, butuh sahamnya naik berapa %? Tinggal dihitung saja yaitu (60-55)/55 = 9.09%. Hampir 2x lipat lho! Makanya itu Warren Buffet dan beberapa investor lainnya bilang jangan pernah rugi. Grafik di bawah juga menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk mengejar kerugian, walaupun dengan return 2x lipat lebih tinggi.
Saya juga dulu selalu mencari investasi dengan return yang tinggi, tidak terlalu peduli dengan resikonya. Alasan saya mau investasi model begitu adalah:
- Ingin cepat kaya
- Uang yang diinvestasikan “tidak terlalu banyak” dan bila hilang saya “rela”
- Masih muda, masih ada waktu dan tenaga untuk cari uang yang hilang
Kayaknya mayoritas orang di bawah umur 50 berpikirnya seperti saya juga. Well, poin pertama sih sudah pasti, siapa sih yang gak mau cepat kaya? Ketika pemerintah mulai rame-rame mengiklankan SBR dan ORI dengan bunga 6-8% Gross, semua anak muda langsung penasaran cari tahu. Namun setelah tahu duit Rp 1.000.000 cuman menghasilkan Rp 51.000 per tahun semuanya langsung bilang “kapan kayanya?” dan beralih ke investasi dengan return 1% per hari.
Poin kedua, kalau kita jujur dengan diri sendiri, sebenarnya kita itu tidak rela uangnya hilang. Ada yang pernah coba-coba main saham gorengan? Misalnya taruh 100 ribu di saham POSA di harga Rp 70. Besoknya tiba-tiba ARB jadi Rp 52, apa yang anda lakukan? Biasanya sih langsung Cut Loss secepat-cepatnya, sudah ARB mepet gocap lagi. Setelah itu langsung nyesekk di hati, menyesal main saham gorengan dan kapok dengan POSA… besoknya beli SLIS… yaaahh sami mawon. Anyway, kerugian real dari CL itu sebenarnya hanya 48 ribu saja, yang kalau kita belikan KFC hanya dapat 2 potong tapi berasa kerugiannya segunung. Bayangkan kalau ditawari investasi-investasi bodong yang biasanya minimal investasinya 5-10 juta dan kalau pas bandarnya kabur ya hilang semua. Apakah anda beneran rela?
Poin ketiga sebenarnya kembali lagi ke pembahasan saya di awal tadi bahwa untuk mengembalikan kerugian itu susah banget. Ambil saja contoh grafik di atas, dari modal awal $10,000 sampai mendapatkan $15,000. Bila saya tidak pernah rugi dengan return 5% per tahun, maka saya akan mencapai $15,000 sekitar 9 tahun. Sedangkan bila rugi di awal tapi dapet return 10% per tahun seterusnya, butuh sekitar 13,5 tahun untuk dapet $15,000. Jadi untuk apa membuang 4,5 tahun (Ingat waktu itu juga aset) dengan hasil yang sama?
Apakah ada investasi yang tidak bisa rugi?
Well, technically ada sih. Misalnya deposito bank besar dan obligasi negara (ORI, SBR). Karena bila terjadi apa-apa pada pihak yang menanggung, dalam hal ini Bank dan Pemerintah, pemerintah akan turun tangan untuk “menghidupkan” kembali. Jadi semacam reksadana pasar uang dan pendapatan tetap pun seharusnya anti rugi, karena biasanya mereka menaruh investasi di deposito dan obligasi negara.
Lalu kenapa anda tidak investasi di deposito / obligasi aja pak? kok malah di saham yang resiko kerugiannya itu besar? Begini, saya menganut kaidah value investing dimana saya beli saham perusahaan yang bagus yang undervalue, artinya nilai saham perusahaan ini di bawah nilai performanya. Karena memiliki saham berarti memiliki perusahaan itu, jadi suatu saat nilai saham itu pasti akan mengikuti performa perusahaan.
Tidak dipungkiri kalau investasi saham beresiko cukup tinggi, walaupun returnnya pun sebenarnya tidak terbatas. Namun semakin kita paham tentang investasi saham, resiko yang dihadapi juga semakin kecil dan returnnya semakin besar (Low Risk High Return). Nanti akan saya jelaskan di artikel lainnya ya.
Saran saya bagi para pembaca adalah:
- Bagi yang mau dan punya waktu untuk investasi saham, silahkan baca artikel di web ini
- Bagi yang tidak mau repot menganalisa saham, silahkan investasi di reksadana ekuitas atau campuran (kalau masih bimbang bisa baca artikel ini). Anda hanya perlu memilih Reksadana nya
- Bagi yang tidak mau repot memilih reksadana, silahkan investasi di SBR atau ORI. Anda hanya perlu mengatur keuangan saja karena kurang SBR dan ORI tidak terlalu likuid
- Bagi yang tidak mau repot mengatur keuangannya, silahkan taruh uangnya di deposito bank. Cari bank yang tidak “mengunci” deposito anda, contohnya Jenius.
- Bagi yang benar-benar tidak mau tahu duitnya diapain… mungkin disumbangkan aja deh untuk investasi di Akhirat. Ini juga investasi yang tidak pernah rugi hehehe…
Yang penting, jangan pernah rugi!