Saham versus Reksadana… sebenarnya pertanyaan tersebut jarang saya temui dalam keseharian saya. Entah karena memang masyarakat umum tidak paham korelasinya atau karena circle 1 saya jarang sekali yang menginvestasikan uangnya secara serius. Ya bahkan teman-teman saya yang lebih kaya mungkin tidak tahu kesinambungan antara 2 instrumen investasi tersebut. Tahukah anda bila investasi Reksadana sama dengan investasi Saham? Well, penjelasan singkatnya seperti ini.
Saham adalah tanda kepemilikan perusahaan. Memiliki saham berarti memiliki perusahaan tersebut; jadi semakin banyak saham yang kita miliki, semakin besar juga porsi kepemilikan kita di perusahaan tersebut. Gudang Garam (GGRM) memiliki 1,92 Milyar lembar saham. Jadi bila saya punya 1 Milyar lembar saham GGRM, berarti saya punya 52% kepemilikan perusahaan Gudang Garam. Nah karena saya memiliki Gudang Garam, maka semakin sukses Gudang Garam, semakin sukses pula saya. Vice Versa.
Reksadana adalah perusahaan yang menghimpun dana dari investor (Masyarakat atau Institusi) dan diinvestasikan. Reksadana pada umumnya dibagi 4:
- Reksadana Pasar Uang = Banyak Deposito, Sedikit Obligasi
- Reksadana Pendapatan Tetap = Banyak Obligasi, Sedikit Deposito
- Reksadana Ekuitas = Banyak Saham, Sedikit Deposito
- Reksadana Campuran = Campur
Bila kita memilih Reksadana Ekuitas, maka sebenarnya kita sedang berinvestasi saham, hanya saja investasinya dikelola oleh orang lain. Technically, saham kita “dimainkan” sama orang lain. Tetapi biasanya kalau orang bilang sahamnya dimainkan oleh orang lain itu berarti investasi mereka dikelola oleh individual yang tidak memiliki badan hukum / usaha untuk menjalankan Reksadana. Hal ini tidak berarti baik atau buruk hanya saja bila terjadi apa-apa (Orangnya kabur misalnya) ya anda tidak bisa menuntut siapa-siapa. Tetapi kalau anda percaya dengan orang itu, ya silahkan saja.
Satu lagi, pengelolaan reksadana tentu saja ada biayanya. Biasanya 2-5% diambil oleh orang yang mengelola, lalu <0.5% diambil bank yang bertanggung jawab, lalu ada biaya beli, jual dan switching biasanya 0-5%. Sedangkan bila kita mengelola sendiri, biaya yang dikeluarkan hanya biaya broker saham sekitar 0.5-0.7% saja. Biaya tersebut akan di charge ke anda tidak peduli investasi kita untung maupun rugi.
jadi pilih yang mana?
Sabarrr, itu adalah pertanyaan yang besar dan jawabannya agak rumit. Begini… investasi di saham sebenarnya cukup sederhana namun anda butuh disiplin dan kemauan untuk belajar dan membaca. Membeli saham sama dengan membeli perusahaan. Bila anda ditawari restaurant dengan 5 cabang, apakah anda langsung membelinya tanpa cari tahu dahulu? Padahal simple, hanya bayar lalu anda punya perusahaan restaurant tersebut, tapi proses dari ditawari hingga deal itu butuh analisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Itu baru 5 restaurant, bagaimana bila anda ingin beli saham The Duck King Group (DUCK) yang memiliki 5 macam restaurant, 33 cabang di 9 kota berbeda?
Lalu bila harga restaurant tersebut 2M. Sedangkan uang anda di tabungan ada 10M. Apakah anda langsung beli 5-5 nya? Apakah anda tidak menyisakan uang di tabungan untuk jaga-jaga bila suatu saat restaurannya butuh inject dana atau bila mendadak anda butuh uang untuk keperluan darurat?
Apakah anda yakin ini saat yang tepat untuk membeli restaurant? Dengan naiknya pamor ojol, banyak restaurant yang tutup dan akhirnya jual makanan online saja. Lalu apakah anda hanya investasi di restaurant saja? Apa tidak mencoba investasi lain yang berpotensi menguntungkan juga seperti misalnya investasi kos-kos an.
Kelihatannya simple, tapi banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum akhirnya melakukan investasi. Banyak juga skills yang perlu dipoles sebelum menjadi investor handal. Bila anda bisa yakin menjawab pertanyaan di atas, berarti anda sudah punya skill Financial Analysis, Money Management, Market Timing dan Diversification.
Sedangkan bila anda menaruh uang di Reksadana, ada seorang manajer investasi yang seharusnya sudah punya semua skills di atas. Sehingga anda tinggal bayar dan seharusnya investasi anda semakin meningkat tiap tahunnya. Saya bilang seharusnya karena nyatanya banyak Reksadana dan manajernya yang malah rugi terus.
Oke saya ngerti… jadi pilih yang mana?
Pertanyaan terakhir yang paling penting dan harus dijawab adalah: Apakah anda mau dan punya tenaga dan waktu untuk menjawab semua pertanyaan ini? bila jawabannya tidak, maka jangan berinvestasi saham. Silahkan investasi di Reksadana.
Tapi bila jawabannya iya, silahkan explore lagi website saya untuk belajar menganalisa perusahaan dan silahkan hubungi saya untuk konsultasi dan mulai belajar investasi saham. Gratis kok.
Lho pak, investasi saham sebegitu ribetnya kok anda mau capek-capek? Padahal bayar Reksadana saja harusnya lebih gampang kan? Well, pertama saya memang suka bidang investasi saham dan kedua saya gak mau bayar biaya-biayanya Reksadana. Kalau kita investasi 10 Juta, kena biaya 3% (300.000 rupiah) per tahun memang kelihatan kecil. Tapi bila kita investasi 10 Milyar, kita harus bayar 300 juta rupiah per tahun tidak peduli untung maupun rugi. Mending 300 juta itu buat saya aja deh.
Sudah cukup jelas kah tentang pemilihan Saham atau Reksadana? Apa perlu saya kasih tips untuk memilih Reksadana yang baik? komen di bawah ya 😀