Skip to content

Annual Letter 2022

Sepanjang tahun 2022 Portofolio Paskalis Investment (PI) mengalami peningkatan sebesar 2.94%, lebih rendah dibanding peningkatan IHSG sebesar 4.09%. Reksadana Sucorinvest Flexi Fund (SFF) saya gunakan sebagai alternatif karena produk ini memiliki track record yang bagus, manajer investasi dengan nama besar dan portofolio asetnya yang tidak terbatas pada saham saja sehingga mirip dengan apa yang saya lakukan. SFF sendiri berhasil mencetak return yang cukup tinggi sebesar 7.95%, hampir 3x lipat dari PI.

3 alasan underperformance

Kinerja PI tahun ini yang hanya 2.94%, di bawah rate deposito bank kecil. Sebenarnya sampai November 2022 PI berhasil mencapai gain 11.74%. Namun, penurunan harga saham secara umum di Desember menarik return tahunan secara signifikan. Kebetulan juga saham yang saya miliki mengalami penurunan jauh di bawah penurunan IHSG.

Namun hal di atas tidak bisa menjadi alasan underperformance saya karena itu hal yang sangat lumrah terjadi dan juga di luar kontrol semua orang. Setelah saya renungkan kembali, ada 3 kesalahan utama yang saya lakukan yang menyebabkan penurunan return sepanjang tahun. Pembahasannya saya uraikan di bawah ini.

Write-off investasi

Grafik di atas adalah return Year to Date dari PI, IHSG dan SFF. Dari grafik itu terlihat bahwa ada penurunan kinerja PI pada Q1 2022. Pada kuartal selanjutnya PI mendapatkan kenaikan return yang tinggi, sedangkan IHSG dan SFF mengalami penurunan. Sebenarnya kenaikan kinerja PI terjadi karena Low Base Effect saja i.e karena Q1 nya sudah hancur duluan.

Grafik di atas adalah perbandingan kinerja bulanan dari PI secara keseluruhan (Merah) dibandingkan portofolio sahamnya saja (Hijau). Pada Maret 2022 ada gap lebar diantara keduanya karena terjadi penurunan -11% di Portofolio PI sedangkan saham PI meningkat +6.5%. Hal ini terjadi karena saya melalukan Write-off alias penghapusan nilai investasi yang cukup besar. Penghapusan itu saya anggap kerugian sehingga menurunkan nilai porto secara signifikan juga.

Sebenarnya aset ini sudah mulai bermasalah sejak tahun 2021 karena efek pandemi pada 2020 yang menghancurkan nilai fundamentalnya. Namun saya belum menghapus nilainya pada 2021 karena waktu itu masih ada harapan untuk mengembalikan sebagian nilainya. Beberapa bulan kemudian, saya baru menyadari bahwa penantian saya itu tidak logis karena memang kenyataannya investasi ini sudah di titik macet. Hingga akhirnya pada Maret 2022 saya memutuskan untuk melakukan Write-off.

Investasi di saham publik bersifat sangat objektif, nilai portofolio kita terlihat dengan jelas setiap saat. Kita tidak bisa menipu diri bilang punya saham 100 juta kalau kenyataannya hanya punya 80 juta. Namun aset yang tidak memiliki harga pasar sering dinilai dengan sudut pandang subjektif. Nilai suatu rumah yang sama bisa dicatat 100 juta dan 300 juta oleh dua penilai yang berbeda.

Apa yang saya lakukan pada 2021 adalah mendahulukan penilaian subjektif terhadap aset ini dengan mencatat nilai aset seolah-olah sedang tidak ada masalah. Ada ketakutan untuk melakukan Write-off. Saya belum siap menerima kenyataan bahwa nilai aset yang besar ini harus dihapus yang artinya saya akan melihat sekian digit angka menghilang dari portofolio.

Kabar baiknya, ketika saya akhirnya berani mengambil keputusan untuk memangkas kurang lebih 15% dari portofolio secara permanen hal pertama yang saya rasakan bukanlah kesedihan tapi kelegaan. Rasanya seperti ketika membuka kap mesin mobil yang berasap. Memang ada bagian mesin yang rusak dan perlu diperbaiki, tapi ketika dilihat secara keseluruhan, masih banyak sekali komponen yang bisa berfungsi dengan baik. Langkah-langkah yang perlu saya lakukan untuk memperbaiki mobil ini juga lebih jelas.

PS: Beberapa bulan setelah Write-off, saya berhasil menerima sebagian kecil dari aset yang ada. Ke depannya semoga ada aset lain yang bisa saya dapatkan kembali. Bila itu terjadi maka return PI secara keseluruhan akan lebih tinggi dibanding portofolio sahamnya.

gudang garam

Kinerja portofolio saham PI pada 2022 +23.83%, lebih tinggi dibanding IHSG maupun SFF. Walaupun performa ini bisa dibilang tidak jelek, tapi saya pribadi masih kurang puas karena banyak kesempatan baik yang sebenarnya bisa saya kapitalisasi tapi terlewat karena beberapa kesalahan ini.

Kesalahan terbesar saya adalah tidak berani melepas investasi di Gudang Garam untuk membeli perusahaan lain yang memiliki Margin of Safety (MoS) lebih tinggi. Sebagian orang yang sudah lama kenal atau bergabung di grup telegram PI pasti tahu bahwa saya berinvestasi di Gudang Garam sejak 2020, tepatnya waktu cukai dikabarkan naik 23% dan harga sahamnya turun hingga Rp 40,000.

Sayangnya pada saat itu kemampuan analisanya saya belum sebaik sekarang sehingga saya tidak bisa memperkirakan dampak kenaikan cukai yang tinggi terhadap laba perusahaan. Apalagi kenaikan cukai rokok tidak berhenti pada 2020 tapi terus berlanjut naik hingga saat ini. Pada saat bersamaan pandemi COVID-19 membuat daya beli masyarakat menurun karena mereka kehilangan pekerjaan. Sehingga konsumsi rokok berkurang dan perokok SKM cenderung beralih ke SKT karena dosis Nikotinnya lebih tinggi dengan harga yang lebih murah dibanding SKM.

Saya masih tetap memiliki porsi Gudang Garam secara signifikan di portofolio selama 2 tahun berikutnya, walaupun performa perusahaan terus turun dari Laba 11T pada 2019, 7.6T pada 2020 dan 5.6T pada 2021. Tentu saja sepanjang waktu itu harga sahamnya juga turus terus hingga level 25 ribu an.

Saya tetap pegang dengan tesis bahwa penurunan laba ini disengaja oleh manajemen. Mereka tidak menaikkan harga rokoknya demi mendapatkan market share yang lebih tinggi, karena selama 10 tahun terakhir market share Gudang Garam selalu di bawah kompetitornya H.M Sampoerna.

Akhirnya pada September 2022 tesis saya dipatahkan oleh materi Public Expose Gudang Garam yang memperlihatkan penurunan market sharenya, terutama di produk SKM dimana mayoritas penjualan Gudang Garam berada.

Setelah diam dan berpikir, saya memutuskan untuk merealisasikan kerugian di GGRM. Saya tidak memiliki alasan yang logis lagi untuk memiliki Gudang Garam selain hanya karena murah. Banyak perusahaan lain yang juga murah dan kinerjanya masih akan lebih baik ke depannya. Lebih baik saya rugi sekarang dan bisa untung lagi di perusahaan lain daripada terus mempertahankan aset hanya karena takut melihat penurunan kinerja. Setelah 2 tahun saya menjual GGRM pada harga Rp 24,000.

Kerugian yang dialami PI tidak terbatas pada rugi nominal Cutloss GGRM saja tapi juga menghilangnya kesempatan untuk membeli perusahaan lain yang lebih menarik karena dana yang tersedia masih bertengger di GGRM. Saya tidak bisa memperkirakan total kerugian yang saya alami, tapi saya yakin nilainya besar. Maka ke depannya saya akan berusaha menilai suatu aset lebih presisi dan belajar untuk segera memindahkan dana ke aset yang lebih baik.

Kesalahan klasik

Alasan ketiga ini adalah kompilasi dari semua kesalahan kecil-kecil yang saya lakukan. Sebenarnya ini semua kesalahan klasik yang sayangnya sering saya ulangi.

Menyambung dari cerita Gudang Garam tadi, karena saya mengalami kerugian besar di perusahaan rokok, saya jadi malas untuk melihat perusahaan rokok lainnya. Memang biasanya gejolak di suatu industri akan mempengaruhi semua perusahaan di dalamnya, misalnya seperti pembatasan harga gas alam yang mempengaruhi semua hpp perusahaan kaca dan keramik.

Namun ada kalanya perubahan industri itu memberikan efek berlawanan terhadap 2 perusahaan berbeda, walaupun mereka bergerak di industri yang sama. Contoh saja seperti kenaikan cukai rokok yang merugikan produsen kelas 1 tapi berpotensi menguntungkan produsen kelas 2 karena kenaikan cukai kelas 2 tidak setinggi kelas 1. Sehingga produsen kecil ini bisa lebih leluasa memainkan harga jual mereka yang otomatis juga bisa meningkatkan laba bersihnya. Sayangnya karena saya terlanjur sudah ogah-ogahan melihat industri rokok, saya jadi kehilangan kesempatan untuk beli Wismilak di harga bagus.

Pada tahun 2022 saya tidak membeli saham memakai tesis trading, bahkan dana di PI tidak saya gunakan untuk spekulasi IPO lagi. Namun, saya pernah menjual investasi di Baramulti dengan alasan yang setengah-setengah. Saya menjual Baramulti pada November 2022 di harga Rp 3,880, dimana harga itu termasuk titik rendah selama beberapa bulan kebelakang. Penjualan itu membuat saya jadi tidak menerima dividen Rp 581 sebulan kemudian.

Pada saat itu saya menjual Baramulti karena memang munculnya laporan dari Tata Power, salah satu pemegang saham besarnya, yang menunjukkan penurunan signifikan pada laba Baramulti di Q3 2022. Saya juga heran kenapa kok pada saat laporan Q3 resmi rilis, hasilnya jauh berbeda dengan laporan Tata Power.

Anyway, alasan kedua yang mendukung untuk melepas perusahaan itu adalah Price Action dari saham BSSR dimana penurunan harganya cenderung lebih sering dan lebih besar dibanding kenaikannya. Alasan itu murni berdasarkan feeling saja tanpa ada data. Obviously, itu adalah alasan yang tidak berguna dan seharusnya tidak boleh saya pikirkan. Saham BSSR ditutup pada Rp 4,340 sehingga kalau ditambah dengan dividen, kesalahan saya ini mencetak kerugian -27%.

Holding period

Portofolio turnover tahun 2022 adalah 116%, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 35%. Memang portofolio turnover yang tinggi tidak selalu jelek, terutama bila memang terdapat banyak opportunity yang tersedia di market. Kebetulan juga turnover tinggi ini disebabkan oleh penjualan masif Gudang Garam dan hasil jualan itu saya oper ke perusahaan lain, tidak saya simpan dalam bentuk cash.

Namun yang perlu saya perbaiki adalah Holding Period. Sejak perang Rusia-Ukraina terjadi pada awal 2022, banyak gejolak yang terjadi terutama di industri energi. Hal ini membuat hampir semua harga komoditas kacau-balau. Imbasnya, banyak perusahaan yang diuntungkan dan dirugikan, termasuk juga perusahaan-perusahaan yang listing di BEI. Sehingga banyak sekali noise yang berdengung di market terutama untuk perusahaan komoditas. Kenaikan harga produk yang dijual membuat valuasi perusahaan ini terlihat sangat murah. Tentu saja sebagai investor mendengar harga murah untuk perusahaan bagus itu sangat menggiurkan.

Namun seperti yang Charlie Munger bilang “The big money is not in the buying and the selling, but in the waiting.” Pembelian perusahaan bagus dan murah tidak semerta-merta membuat investor cuan. Kita tetap harus menunggu apresiasi harga dari market atau menunggu pengembalian hasil dari perusahaan, biasanya dalam bentuk dividen atau buyback.

Karena banyaknya noise di market membuat holding period saya yang biasanya hitungan tahun menjadi per-kuartal. Saya bukan menjadi investor jangka panjang tapi jadi main tebak-tebakan laporan keuangan kuartalan. Mungkin kalau laporan keuangan semua perusahaan keluar tiap bulan bakal lebih tinggi lagi turnover saya.

Dorongan untuk terus membeli perusahaan murah juga akhirnya membuat harga beli saya menjadi kurang ideal. Memang sih saya tetap memperhitungkan MoS sebelum membeli, tapi tahun lalu saya mulai melonggarkan minimal MoS yang biasanya 55-60% menjadi 50% saja. Itu juga menjadi salah satu sebab penurunan signifikan kinerja portofolio saham PI di Desember 2022, karena saya terus berbelanja perusahaan di bulan September – Oktober 2022 ketika harganya tidak sangat murah. Saat Desember datang, saya tidak memiliki cash yang cukup untuk membeli perusahaan yang harganya menjadi sangat murah.

tahun sibuk

Tahun ini saya akan lebih disibukkan oleh pekerjaan saya sebagai direktur perusahaan. Pandemi sejak 2020 sudah tidak terlalu dipedulikan masyarakat umum sehingga aktivitas di jalan sudah normal semua. Perusahaan kami pun juga harus lebih aktif melakukan kegiatan di lapangan agar hubungan baik dengan semua stakeholder tetap harmonis.

Hingga surat ini saya tulis, belum terjadi hal-hal masif yang mempengaruhi pasar saham. Mayoritas topik yang dibicarakan masih seputar inflasi dan resesi saja. Mungkin hal itu membuat pasar saham menjadi kurang aktif juga.

Konsep investasi saya sih tidak akan berubah sehingga saya tidak ada pemikiran untuk menggeser portofolio ke saham defensif, whatever that means. Hal utama yang perlu saya lakukan adalah menambah pengetahuan mengenai bisnis dan menenangkan emosi agar lebih sabar menunggu hasil kerja dari perusahaan milik saya.

Semoga di tengah kesibukan ini saya tetap bisa mengalokasikan waktu untuk memperluas Circle of Competence saya sehingga tidak melewatkan berbagai kesempatan yang muncul.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *