Date | PI YTD (%) | IHSG YTD (%) | NAV |
---|---|---|---|
1 Jan 2020 | 0 | 0 | Rp1,000 |
Jan 2020 | 0.47 | -5.1 | Rp1,005 |
Feb 2020 | 0.28 | -13.44 | Rp1,003 |
Mar 2020 | 6.97 | -27.95 | Rp1,070 |
Apr 2020 | 9.31 | -26.84 | Rp1,093 |
May 2020 | 12.88 | -24.54 | Rp1,129 |
June 2020 | 17.53 | -22.13 | Rp1,175 |
July 2020 | 19.59 | -18.25 | Rp1,196 |
August 2020 | 23.02 | -16.84 | Rp1,230 |
September 2020 | 24.71 | -22.69 | Rp1,247 |
October 2020 | 26.02 | -18.59 | Rp1,260 |
November 2020 | 32.91 | -10.91 | Rp1,319 |
Seperti yang saya sebutkan bulan lalu, ada perbaikan di investasi privat saya walaupun belum sempurna. Tepat di akhir bulan November, saya juga telah melakukan exit di salah satu perusahaan privat yang saya pernah investasi. Walaupun katanya jauh berbeda, ternyata ada juga kemiripan antara investasi perusahaan privat dan publik.
Pada saat pertemuan saya terakhir dengan Pemegang Saham Pengendali (PSP) perusahaan privat itu, saya bertanya mengenai keadaan perusahaan beberapa bulan terakhir. Jujur saja, saya agak pesimis menilai kinerja perusahaan ini terutama di bulan Maret-Mei karena angkanya sangat buruk. Namun, saya cukup terkejut kalau ternyata mereka berhasil melakukan inovasi pada produknya dan dengan timing yang sangat bagus, di bulan Agustus dimana daya beli masyarakat sudah perlahan meningkat.
Berita dan angka baik seperti ini meningkatkan rasa optimisme saya. Bayangan di kepala saya sudah melayang kemana-kemana, “Kalau ini benar-benar sukses, berapa banyak awareness yang bisa didapat?” “Kalau prospek pelanggan besar itu bisa didapat, omzet bisa naik 3-4x lipat.” dan banyak cerita indah lainnya yang saya imajinasikan sembari mendengarkan cerita dari PSP.
Pada akhir pembicaraan, kami mulai mengarah ke valuasi. Rasa optimisme dan imajinasi yang sudah berkeliaran tadi sempat mengaburkan akal sehat saya dalam menghitung value dari perusahaan ini. Ditambah lagi saya tahu betul karakter orang yang bekerja di dalamnya, dimana kejujurannya sudah pasti bisa dipegang. GCG nya jauh lebih baik dibanding perusahaan publik umumnya. Untungnya saya sempat menenangkan diri dan mulai menghitung ulang potensi pendapatan perusahaan dibanding investasi yang perlu saya keluarkan. Teknik yang saya pakai dalam menentukan pembelian kepemilikan di perusahaan itu sama persis dengan ilmu yang saya terapkan dalam menilai perusahaan publik atau saham.
Akhirnya terbentuklah sebuah angka yang menurut saya adalah angka yang pas untuk perusahaan ini. Angka tersebut pas karena dua hari berikutnya, sambil menunggu jawaban dari PSP, saat euforia telah memudar, saya tidak menyesal dengan angka yang saya tawarkan. Bahkan, kalau-kalau saya disuruh menambah sedikit, saya masih tidak keberatan. Walaupun pada akhirnya angka tersebut tidak disetujui dan saya juga memutuskan lebih baik exit, setidaknya proses ini bisa menjadi latihan yang baik untuk mengvaluasi investasi PI lainnya.
Oh ya, kenaikan PI MoM hanya setengah dari kenaikan IHSG MoM. Penyebabnya sudah jelas, karena tidak semua aset PI terletak di saham. “Resiko” seperti ini sudah saya perhitungkan sejak awal, dimana ketika saham turun maka PI akan tetap baik karena dorongan aset lainnya, namun di saat saham naik dengan sangat tinggi, tentu saja PI akan menjadi tertinggal. Tidak ada yang perlu disesali, in the end we all make money.