| Date | PI (%) | IHSG (%) | NAV |
| YTD 2019 | 3.25 | -0.57 | Rp1,033 |
| January 2020 | -1.94 | -5.71 | Rp1,012 |
| February 2020 | -4.33 | -8.2 | Rp969 |
Saya pribadi kurang tertarik menjawab pertanyaan mengapa IHSG bisa anjlok? Apakah Corona? Reksadana nakal? Permainan bandar? karena saya juga tidak mencari-cari beritanya, jadi saya selalu jawab tidak tahu. Setelah artikel tentang dampak pandemic terhadap pasar modal (bisa dibaca lagi di sini) mindset saya sedikit berubah dimana pergerakan IHSG lebih dipengaruhi pada faktor makro ekonomi. Jadi karena corona sebenarnya bukan murni faktor ekonomi (walaupun ada pengaruhnya juga), harusnya tidak terlalu berdampak pada value IHSG. Reksadana nakal dan bandar pun efeknya pasti hanya sementara saja apalagi yang berpengaruh banyak hanyalah saham kolesterol aja.
Dalam 10 tahun terakhir, IHSG mengalami bullish yang cukup panjang dan baru mulai sideways pada 2018 hingga saat ini. Karena adanya siklus ekonomi, pasar yang bullish pasti akan mengalami bearish walaupun biasanya durasinya berbeda dimana bullish akan bertahan cukup lama dan bearish hanya dialami ~2 tahun saja. PDB Indonesia juga mengalami perlambatan di Q4 2019, bahkan Jepang dan Hongkong sudah minus. Kondisi ekonomi ini, menurut saya, akan menentukan arah IHSG ke depannya. Pemikiran saya simple aja, kinerja ekonomi makro sangat mempengaruhi kinerja perusahaan besar. Nah, karena memiliki saham sama dengan memiliki perusahaan, maka perubahan ekonomi makro pasti mempengaruhi naik turunnya saham perusahaan.
Oh ya, karena IHSG masih sangat volatile, jadi ada sebagian kecil portfolio Paskalis Investment saya taruh di obligasi index. Reksadana obligasi index cuman ada satu kok di Indonesia, jadi silahkan search sendiri ya.
